Batman Begins - Diagonal Resize 2

Selasa, 30 Mei 2017

Manfaat Kerja Tim Yang Baik

Essay Manfaat Kerja Tim Yang Baik
Oleh: Ahmad Nasihun Amin

            Dalam organisasi tentu kita mengenal adanya kerja tim (teamwork) dimana sistem perkerjaan dikerjakan oleh dua orang atau lebih untuk mendapatkan tujuan yang disepakati bersama, sehingga suasana hati berpengaruh terhadap kinerja kita tidak bisa dipungkiri lagi bahwasannya suasana hati yang harmonis akan menghasilkan produktivitas yang tinggi dari setiap anggota organisasi dan begitu pula sebaliknya, hal itulah yang melandasi mau tidak mau harus disadari dan dimengerti oleh pemimpin organisasi.Penyelenggaraan teamwork dilakukan karena semakin meningkatnya persaingan, sehingga keberhasilan organisasi akan bergantung pada teamwork itu sendiri.
            Bekerja dalam tim memiliki banyak fungsi dan manfaat, fungsinya yaitu antara lain mengubah sikap, perilaku dan nilai-nilai pribadi sementara manfat kerja tim meningkatkan produktivitas kerja, kualitas kerja, dan kemajuan organisasi. Karena besarnya manfaat dari kerja tim sehingga sebagian besar anggota organisasi menganggap bahwa organisasi merupakan rumah kedua dan penting kiranya kita untuk mempererat hubungan antar sesama anggota salah satunya dengan mengetahui apa saja yang dapat dilakukan untuk menciptakan kerja tim yang baik, hal ini dapat dilakukan dengan adanya kerjasama, kepercayaan, kesabaran, keterbukaan, dukungan, dan memberikan penghargaan. Selain itu komunikasi juga merupakan hal yang penting cara sederhana meningkatkan komunikasi adalah dengan memperbanyak pertemuan di luar organisasi dengan menciptakan suasana yang santai hal ini akan berdampak pada hubungan antar anggota di dalam suatu organisasi. Karena kerja tim akan menjadi penentu mulus tidaknya perjalanan organisasi sehingga diperlukan adanya kerjasama yang baik dalam melaksanakan tanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.
            Oleh karena itu dapat kita ketahui bersama bahwa manfaat dari adanya kerja tim yaitu untuk memudahkan dalam pengambilan keputusan, perundigan dan bernegosiasi, selain itu  agar anggota organisasi memiliki visi dan misi yang sama dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaannya secara efektif dan efisien


Peran Tauhid Dalam Pembentukan Mental

Essay Peran Tauhid Dalam Pembentukan Mental
Oleh: Ahmad Nasihun Amin 


Manusia merupakan makhluk yang paling mulia di sisi Allah SWT. Manusia dilahirkan dalam keadaan yang sama-sama suci. Namun dalam prosesnya nanti setiap manusia akan tumbuh menjadi pribadi yang berbeda-beda berdasarkan lingkungan sekitarnya, baik memiliki kecerdasan tinggi, mental yang baik, juga memiliki tingkat ketauhidan yang berbeda-beda. Dewasa ini permasalahan tentang mental sering menjadi perhatian dikalangan masyarakat, terutama dikalangan para ahli ilmu pengetahuan dan para ahli perawatan jiwa. Banyak sekali kasus suatu penyakit yang secara umum dapat disembuhkan namun kenyataannya kesembuhan tidak kunjung datang. Usaha-usaha yang harus dilakukan oleh seorang muslim yang baik adalah dengan mengamalkan akidahnya dengan baik di lingkungan manapun. Akidah ini berupa keyakinan atau bisa juga disebut tauhid. Tauhid adalah suatu ilmu keislaman yang lebi memfokuskan pada pembahasan wujud Allah dengan segala sifat-sifat tentang para Rasul-Nya, sifat-sifat dan segala perbuatan dengan berbagai pendekatan.[1] Bila kita benar-benar menghayati ketauhidan maka akan menjadi obat bagi mental seorang muslim. Seperti yang baru saja gagas oleh presiden Jokowi, beliau memulai jawabannya dengan menyebutkan tentang sebuah keharusan. Menurut dia, revolusi mental berarti warga Indonesia harus mengenal karakter orisinal bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berkarakter santun, berbudi pekerti, ramah, dan bergotong royong. Dia mengatakan, karakter tersebut merupakan modal yang seharusnya dapat membuat rakyat sejahtera. Kemudian, spa saja peran dari tauhid terhadap mental seorang muslim agar Indonesia kembali seperti dahulu?
Pertama, perasaan dikasihi merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Perasaan tersebut bisa berupa pemberian perhatian, pertolongan, serta rasa menghargai dari seorang atasan untuk bawahannya. Keadaan ini akan membawa dampak yang baik, namun apabila keadaan tersebut berjalan dengan sebaliknya, maka tentunya akan sangat mengganggu kesehatan mentalnya. Dalam hal ini tauhid berfungsi sebagai obat yang mujarab, misalnya dengan mengamalkan bacaan basmalah dalam melakukan semua pekerjaan. Dengan mengucap basmalah dalam segala kegiatan akan mengingatkan kita selalu kepada allah. Ingat kepada allah membuat kita terhindar dari guncangan jiwa karena allah menyayangi kita.




Kedua, yang merupakan kebutuhan bagi setiap orang adalah perasaan aman atau perasaan ingin mendapatkan perlindungan, baik keamanan lahirnya maupun keamanan batinnya. Orang yang memiliki ketauhidan tinggi cenderung memiliki kedekatan yang lebih kepada allah dan memiliki wawasan yang lebih terhadap dalil-dalil allah. Mereka akan mengetahui bahwa allah akan memberikan perlindungan terhadap orang yang taqwa atau dalam artian dekat dengan allah. Peran tauhid disini yaitu memberikan perasaan aman yang dapat membentuk mental seseorang untuk memiliki mental yang baik serta memiliki sikap yang tenang. Alam pikiran yang dilandasi tauhid akan menimbulkan cita-cita dan kemauan, pada gilirannya timbulla aktivitas dalam kehidupannya.[2]
Ketiga, yang menjadi kebutuhan yang harus ada ialah harga diri. Sebagai makhluk sosial tentu saja seseorang memerlukan penghargaan dari orang lain. seseorang akan berusaha mendapatkannya dengan cara mengikuti norma-norma atau aturan yang berlaku baik itu buatan manusia maupun buatan Allah. Orang yang memiliki ketauhidan cenderung selalu melakukan hal-hal yang baik dalam kehidupannya. Ia akan selalu optimis menghadapi masa depan, tidak takut terhadap apapun dan siapapun kecuali kepada tuhan, selalu senang dan gembira sebab merasa dekat dengan tuhan dan yakun bahwa tuhan selalu bersamanya dalam setiap hal, rajin melakukan ibadah dan perbpuatan baik, dan sikap-sikap positif lainnya tidak hanya bermanfaat bagi dirinya, tetapi bermanfaaat pula untuk masyarakat dan lingkungan.[3] Fungsi tauhid disini yaitu menciptakan seseorang yang suka berbuat baik serta bekerja keras dalam melakukan hal apapun.
Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kehidupan jiwa seseorang adalah alat ukur dari kesehatan jasmani maupun rohani seseorang. Obat yang sangat berguna bagi jasmani dan rohaninya tersebut adalah dengan menanamkan keimanan didalam hatinya serta mempraktikkan keimanannya tersebut dengan baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA
Asmuni, Muhammad Yusron. 1988. Pengantar Ilmu Tauhid. Jakarta. CV Pedoman Ilmu Sejahera.
Asmuni, Muhammad Yusron. 1933. Ilmu Tauhid. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Mulyono & Bashori. 2010. Studi Ilmu Tauhid/Kalam. Malang. UIN Maliki Press.



[1] Mulyono & Bashori, Studi ilmu Tauhid/Kalam, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm. 15
[2] M. Yusron Asmuni, Pengantar Ilmu Tauhid, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Sejahtera, 1988) hlm. 11
[3] M. Yusron Asmuni, Ilmu Tauhid, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 193) hlm. 7

PENTINGNYA MANAJEMEN ORGANISASI DI KPU KOTA PEKALONGAN


PENTINGNYA MANAJEMEN ORGANISASI DI KPU KOTA PEKALONGAN

Organisasi dalam bentuk apapun akan selalu ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Organisasi merupakan unsur yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat dengan beberapa alasan, seperti organisasi digunakan untuk mendapatkan sesuatu yang tidak mungkin dapat kita lakukan dengan sendirian, jadi dengan bekerja sama, individu-individu dapat menyelesaikan tugas-tugas yang apabila dikerjakan seorang diri tidak akan tercapai, organisasi dapat menyediakan pengetahuan yang berkesinambungan serta dapat menjadi sumber karier yang penting.
Selayaknya sebuah organisasi seharusnya menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi anggota organisasi maupun masyarakat sehingga organisasi mampu mempertahankan kelangsungan hidup mereka. Secara umum organisasi dibedakan atas dua bentuk yaitu :
   1.organisasi dengan orientasi laba seperti perusahaan atau badan usaha yang menyediakan produk      barang atau jasa (baik perusahaan/badan usaha besar maupun kecil);
   2.organisasi nirlaba atau perusahaan atau badan/kantor yang tidak berorientasi laba seperti yayasan,  museum, kantor pemerintah, sekolah, perkumpulan sosial dan lain-lain.
Apapun bentuk organisasi itu diperlukan usaha-usaha untuk mengelola kegiatan dan orang-orang maupun unsur lainnya yang ada didalam organisasi agar tercapai tujuan dengan lebih baik.
 Dalam semua bentuk organisasi dimana orang-orang bekerja bersama mencapai tujuan yang telah ditetapkan, membutuhkan manajemen. Manajemen diperlukan organisasi agar usaha pencapaian tujuan menjadi lebih mudah.
Manajemen merupakan suatu sarana untuk mencapai tujuan organisasi dengan memanfaatkan alat /sarana yang tersedia semaksimal mungkin, jadi manajemen merupakan suatu kegiatan pokok yang harus dilakukan oleh seorang pimpinan karenan dioa menjabat sebagai manajer untuk mengolah input menjadi output melalui proses manajemen.
Secara spesifik ada tiga alasan utama dibutuhkannya manajemen dalam organisasi, yaitu:
1.  Mencapai tujuan, karena dengan manajemen dapat mempermudah pencapaian tujuan organisasi dan pribadi.
2.  Menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling bertentangan, dengan manajemen yang baik dapat menyeimbangkan tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan di antara pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi (stakeholders) seperti karyawan, masyarakat, dinas/instansi lain dan lain-lain.
3.   Mencapai efisiensi dan efektifitas, efisiensi dan efektifitas merupakan ukuran prestasi organisasi.

Menurut Peter Drucker efisiensi adalah melakukan pekerjaan dengan benar (doing thing right) dan efektifitas adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing the right thing).
Efisiensi merupakan kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan benar, berkaitan dengan biaya-biaya yang ditimbulkan dalam melakukan aktivitas. Mengukur biaya dari sumber daya yang diperlukan dalam rangka mencapai suatu tujuan.
Sedangkan efektivitas merupakan kemampuan memilih alat yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berkaitan dengan melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan dan merupakan ukuran tentang pencapaian suatu tugas atau tujuan. Sejauh mana tugas atau tujuan telah dicapai.
Yang dimaksud dengan Efisiensi adalah menyelesaikan pekerjaan dengan usaha, biaya, atau dengan pengeluaran yang minimum. Jadi efisiensi adalah kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan benar. Sedangkan Efektivitas adalah penyelesaian tugas-tugas yang membantu pencapaian sasaran organisasi atau bisa juga dikatakan efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat/melakukan pekerjaan yang benar.


Kantor KPU Kota Pekalongan
Sebagai ilustrasi misalnya telah terjadi kegagalan oleh Manajer dalam memantau salah satu kegiatan yang sangat penting, yaitu efisiensi. Sebagai contoh KPU Kota Pekalongan untuk mengecek hasil distribusi logistik Pemilu dari kantor KPU Kota Pekalongan Ke PPK se Kota Pekalongan dengan melakukan 5 panggilan telepon dari divisi yang berbeda/terpisah ke PPK se Kota Pekalongan. Hal ini jelas kurang efisien. Jalan keluar yang terbaik adalah divisi Logistik menelpon atau menanyakan langsung siapa petugas yang bertangung jawab atas pengiriman atau distribusi Logistik Pemilu tersebut ke PPK se Kota Pekalongan. Akan tetapi efisiensi saja tidaklah cukup untuk memastikan keberhasilan. Oleh karena itu, selain peduli dengan efisiensi, para manajer juga harus berusaha untuk mencapai hasil yang efektif. Sebagai contoh atau ilustrasi saja, selama bertahun-tahun kantor KPU Kota Pekalongan mengalami / merasakan adanya kekurangan pegawai dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, walaupun dalam distribusi pekerjaan terhadap staf atau karyawan sudah dilaksanakan secara efisien. Kemudian kantor KPU Kota Pekalongan melakukan inovasi baru dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi dengan memanfaatkan Web Site, Media Sosial yang ada sesuai perkembangan dan kemajuan jaman. Setelah itu KPU Kota Pekalongan mulai merasakan manfaat dan efisiensi dalam menggunakan tebnaga/staf/karyawan yang ada karena telah dibantu dengan adanya teknologi informasi, contohnya dalam hal pelaksanaan sosialisasi kegiatan tahapan penyelenggaraan dalam Pemilu, kemudian kegiatan lain sebagai inovasi yang dilaksanakan yaitu adanya SMS Gateaway dan SMS Broadcase, inovasi ini dilaksanakan dalam rangka pengecekan daftar pemilih oleh masyarakat dengan memanfaatkan teknologi yang ada. SMS Respone dan Broadcast merupakan sebuah sistem informasi yang memberikan informasi kepada masyarakat perihal kepesertaan masyarakat didalam pemilu. Sistem ini menampung data base yang disediakan oleh pengelola KPU dan kemudian memproses permintaan data dari masyarakat dengan memanfaatkan media SMS    ( Short Message Service )
Dengan sistem ini masyarakat dengan mudah mengetahui apakah dirinya sudah terdaftar dalam daftar pemilih di KPU atau belum. Sistem berjalan dengan inisiasi dari pihak masyarakat berberan aktif dengan cara mengirimkan SMS dengan format tertentu ke Nomor SMS yang disediakan oleg KPU. Ini menunjukkan bahwa Kantor KPU Kota Pekalongan berusaha untuk efektivitas, yaitu menyelesaikan tugas-tugas yang dapat menolong pencapaian sasaran organisasi.
Kerja merupakan kegiatan yang menghasilkan nilai bagi orang lain maupun diri sendiri. Bekerja dengan baik sehingga mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat dan diri sendiri mengarahkan organisasi terhadap kebutuhan manajemen. Sehingga dalam upaya meningkatkan kinerja sebagaimana yang diharapkan dan dicita-citakan organisasi sangat diperlukan adanya manajemen.
Manajemen merupakan suatu proses yang terdiri atas kegiatan-kegiatan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain. Pemanfaatan sumber daya-sumber daya lain dalam kantor meliputi sumber daya manusia, sumber keuangan, mesin-mesin/peralatan, dan cara yang digunakan dalam pemanfaatan yang efisien dan efektif.
 Berdasarkan uraian di atas dapat saya katakan bahwa manajer yang melaksanakan fungsi manajemen dengan baik adalah seorang manajer yang lebih berhasil. Makin banyak waktu yang digunakan oleh seorang manajer untuk merencanakan, semakin besar keberhasilan yang diperoleh kantor mereka, karena fungsi perencanaan memegang peranan penting dalam keseluruhan fungsi manajemen.
 Fungsi manajemen sebagai tugas utama yang harus dilaksanakan seorang manajer dalam mengelola organisasi untuk mencapai tujuan atau yang dikenal sebagai proses manajemen adalah sebagai berikut :
1.    Perencanaan (planning).
Yaitu proses untuk menentukan tujuan yang akan dicapai serta langkah-langkah yang harus diambil untuk mencapainya, meliputi penetapan sasaran, merumuskan tujuan, menetapkan strategi, membuat strategi, dan mengembang-kan subrencana untuk mengkoordinasikan kegiatan. 
2.    Pengorganisasian (organizing).
Adalah proses pemberian tugas, pengalokasian sumber daya serta pengaturan kegiatan secara terkoordinir kepada setiap individu dan kelompok untuk menerapkan rencana yang telah dibuat., meliputi penetapan dimana keputusan akan dibuat, siapa yang akan melaksanakan tugas dan pekerjaan, serta siapa yang akan bekerja untuk siapa. 
3.    Memimpin (leading)
Yaitu proses menumbuhkan semangat pada karyawan agar bekerja dengan baik dan membimbing mereka untuk melaksanakan kegiatan yang sesuai rencana dalam rangka mencapai tujuan, memberi inspirasi dan motivasi kepada karyawan untuk berusaha keras mencapai sasaran organisasi. 
4.    Pengendalian (controlling).
Adalah proses mengukur kinerja, membandingkan antara hasil sesungguhnya dengan rencana yang telah dibuat serta mengambil tindakan koreksi yan diperlukan.
Sesuai perkembangan jaman dan kebutuhan organisasi, sebagai seorang manajer perlu melakukan kreasi dan inovasi dalam mengorganisasikan dan memimpin kantor/organisasinya. Kreasi dan inovasi ini diwujudkan dalam perbedaan antara manajemen “lama” dan manajemen “baru”. Manajer gaya lama menganggap diri mereka sebagai boss, sedangkan manajer gaya baru menganggap diri mereka sebagai sponsor, pemimpin tim atau konsultan internal. Beberapa perbedaan lainnya adalah manajer gaya lama mengambil keputusannya sendiri, dan manajer gaya baru mendengarkan masukan dari orang lain dalam pengambilan keputusan. Akibatnya manajer gaya lama bekerja lebih lama sedangkan manajer gaya baru bekerja lebih mengutamakan hasil.
Fungsi-fungsi tersebut tidak menggantikan fungsi yang lama, tetapi dibangun di atasnya, maksudnya adalah sebagi berikut :
a. Pertama, ‘membuat sesuatu terjadi’ merupakan gabungan dari fungsi merencanakan (planning) dan mengendalikan (controlling). Untuk ‘membuat sesuatu terjadi’, kita harus merencanakan bagaimana mencapai sasaran yang kita inginkan, mengelola informasi, dan mengendalikan kinerja serta melakukan tindakan koreksi jika terjadi penyimpangan.
b.   Kedua, ‘menghadapi persaingan’ mencerminkan pentingnya adaptasi dan pembaharuan agar tetap bersaing di tengah kondisi global yang terus berkembang seperti saat ini.
c.    Ketiga, tanpa mempertimbangkan dalam ‘mengorganisasikan SDM, tugas, dan proses’ maka perubahan yang berskala besar tidak akan berhasil (tidak dapat membuat sesuatu terjadi).
d.   Keempat, ‘memimpin’ dengan memperhatikan kesejahteraan staf/karyawannya, merayakan keberhasilan sebuah tugas/project bersama karyawan, dan sangat memperhatikan keinginan dan aspirasi karyawan merupakan suatu gaya memimpin yang menyenangkan hati karyawan. Pada akhirnya karyawan termotivasi dan membuat suatu produktivitas yang tinggi sebagai bukti kesetiaan dan dedikasinya terhadap tugas dan pekerjaan.

Sehubungan dengan beberapa hal yang telah diuraiakan di atas, maka seorang manajer sangat diperlukan mempunyai keterampilan sebagai bekal untuk mengarahkan, mengorganisasikan, memimpin, mendorong, memotivasi dan melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dan sebagai keterampilan tambahan yang sangat dibutuhkan sebagi seorang manajer maka kini adalah keterampilan Teknomoli Informasi.
Kemampuan manajerial sebagi suatu keterampilan personal yang dapat membantu tercapainya kinerja yang maksimal dalam mencapai kjeberhasilan yang diinginkan, sehingga diperlukan beberapa kompetensi personal untuk dapat mencapai kinerja maksimal dan keberhasilan yang dicita-citakan yaitu :
1.    Leadership, yaitu kemampuan dalam mempengaruhi orang lain agar melaksanakan suatu tugas.
2.    Self objectivity, yaitu kemampuan untuk menilai diri sendiri secara realistis.
3.  Analiytic thinking, yaitu kemampuan untuk menginterpretasikan dan menyampaikan segala macam bentuk informasi.
4.    Behavioral flexibility, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan perilaku dalam mencapai tujuan.
5.  Oral Communication, yaitu kemampuan untuk dapat mengemukakan pendapat secara jelas dalam berbicara.
6.    Written Communication, yaitu kemampuan untuk mengungkapkan pendapat dengan baik secara tertulis.
7.  Personal Impact, yaitu kemampuan untuk dapat menumbuhkan kesan baik dan kepercayaan bagi orang.
8.  Resistances to stress, yaitu kemampuan untuk dapat bekerja dalam keadaan tertekan.
9.  Tolerance for uncertainty, yaitu kemampuan untuk bekerja dalam situasi yang tidak menentu.


Perbandingan Fiqih dan Ushul Fiqih

PERBANDINGAN FIQIH DAN USHUL FIQIH



Paper ini disusun guna memenuhi tugas UTS mata kuliah Fikih dan Ushul Fikih
Dosen Pengampu Dr. Ahmad Arifi, M. Ag.




Disusun oleh:
Ahmad Nasihun Amin (16490017)

Prodi/kelas : Manajemen Pendidikan Islam/A
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2016


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah
Al-Quran sebagai petunjuk bagi umat Islam secara garis besar mengandung dasar-dasar tentang akidah, akhlak, dan syariah atau hukum bagi keberlangsungan kehidupan makhluk di jagat raya ini. Semasa beliau hidup setiap kasus yang timbul dapat segera diketahui jawabanyanya berdasarkan nash al-Quran serta penjelasan dan interpretasi yang kemudian dikenal menjadi sunnahnya. Namun, pada masa berikutnya, kehidupan masyarakat mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring berkembangnya Islam ke semua wilayah di dunia. Komunikasi yang beragam menimbulkan berbagai kasus baru yang mengharuskan untuk segera dicari solusi dan alternatif untuk menjawabnya. Maka dari itulah diperlukan upaya memahami pokok-pokok dalam mengkaji perkembangan fiqh agar tetap dinamis sepanjang masa sebagai pijakan yang disebut dengan istilah Ushul Fiqh.

2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Ilmu Fiqih Ushul Fiqih?
2. Apa saja objek pembahasan Ushul Fiqih?
3. Apa tujuan pembahasan Ushul Fiqih?
4. Apa manfaat mempelajari Ushul Fiqih?
5. Apa perbedaan antar Fiqh dan Ushul Fiqih?

3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Ilmu Fiqih Ushul Fiqi
2. Mengetahui objek pembahasan Ushul Fiqih
3. Mengetahui tujuan pembahasan Ushul Fiqih
4. Mengetahui manfaat mempelajari Ushul Fiqih
5. Mengetahui perbedaan antar Fiqh dan Ushul Fiqih


BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian  ilmu fiqih dan ushul Fiqih
Menurut bahasa ushul fiqih merupakan rangkaian dua kata yaitu ushul dan fiqih yang dinamakan dengan takrib idhafah. Ushul fiqih berarti sesuatu yang dijadikan dasar bagi fiqih. 
Fiqih sendiri menurut bahasa berarti faham atau tahu. Para ulama
berpendapat bahwa ushul fiqih berarti  :
فهم الأشياءالخفية
Artinya : “pemahaman terhadap obyek yang abstrak”.

Secara istilah ilmu fiqih ialah segala pengetahuan tentang hukum-hukum syariat islam mengenai perbuatan manusia, yang diambil dari dalil-dalilnya secara rinci. Atau dengan kata lain yaitu kumpulan hukum syariat islam mengenai perbuatan manusia yang diambil dari dalil-dalilnya secara rinci.  
Sedangkan ushul fiqih yaitu pengetahuan tentang kaidah atau penjabarannya yang dijadikan pedoman dalam menetapkan hukum syariat islam mengenai perbuatan manusia, dimana dalil itu bersumber dari dalil-ddalil agama secara rinci. Atau himpunan kaidah-kaidah dan penjabarannya yang dijadikan pedoman dalam menetapkan hukum syariat islam mengenai perbuatan manusia, dimana kaidah-kaidah itu bersumber dari dalil-dalil agama secara rinci dan jelas. 


2. Objek Pembahasan Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih
Objek pembahasan ilmu fiqih ialah perbuatan orang dewasa (mukallaf) dipandang dari ketetapan hukum syariat islam. Jadi seorang faqih (ahli hukum islam membahas tentang jual-beli, sewa-menyewa, tentang penggadaiannya, membuat wakilnya, shalat puasanya, tentang hajinya, puasanya, pembunuhannya, tuduhannya, sipaya mengerti tentang hukum syariat islam dalam semua tindak dan perbuatannya. 
Sedangkan objek kajian ushul fiqih dapat dipahami sebagai berikut  :
a. Sumber dan dalil hukum Syara’
Sumber atau dalil yang dimaksud adalah sumber atau dalil yang dibahas secara ijmali, bukan tafsili. Maksudnya adalah yang dibahas hanya pada garis besarnya saja. Seperti keberadaan ijma’ dapat dijadikan dalil, dalalah lafadz ‘amm itu bersifat dzanni, istihsan dapat dijadikan hujjah, dan lain sebagainya. 
b. Hukum syara’ yang terkandung dalam dalil
Hukum syara yang dimaksud disini juga yang bersifat umum. Seperti apa yang terkandung suatu dalil itu hukum ijab, nadb, tahrim, karahah atau ibahah. Dalam hal ini ushul fiqih tidak membahas secara tafsili seperti takbiratul ikhram dalam shalat itu hukumnya wajib, berbicara dalam shalat itu hukumnya haram, dan lain sebagainya.
c. Kaidah ushuliyah dan metode istinbath hukum syara’
Kaidah ushuliyah adalah kaidah-kaidah kebahasaan yang tidak secara langsung berhubungan dengan hukum, namun dapat dijadikan alat untuk mengungkap hukum yang terkandung didalam dalil. Misalnya, kaidah “ Pada mulanya setiap perintah itu untuk mewajibkan, perintah yang didahului larangan itu membolehkan, setiap larangan itu untuk mengharamkan, larangan itu menunjukkan rusaknya ibadah yang dilarang”. Kaidah tersebut memang tidak berkaitan langsung dengan hukum, namun tanpa kaidah tersebut kegiatan istinbath hukum akan mengalami kesulitan bahkan kekacauan.
3. Tujuan mempelajari ushul fiqih
a. Tujuan mempelajari ilmu fikih adalah:
Menerapkan hukum-hukum syariat islam terhadap segala perbuatan dan ucapan manusia.  Jadi ilmu fiqih itu adalah rujukan bagi seorang hakim dalam keputusannya, rujukan mufti dalam fatwanya, rujukan seorang mukallaf untuk mengetahui hukum syariat dalam ucapan dan perbuatannya.
b. Tujuan mempelajari ushul fiqih adalah :
Menerapkan kaidah pada dalil untuk menghasilkan hukum syara’ terapan. Seperti diketahui keberadaan dalil dimaksudkan untuk menghasilkan hukum. Namun dalil tidak berdiri sendiri dalam menghasilkan hukum. Ia memerlukan bantuan kaidah ushuliyah. Kedudukan kaidah disini diibaratkan seperti fakta atau data baru. Fakta atau data baru dapat memberi pengertian apabila dimaknai dengan teori. Demikian juga dengan hukum baru dapat dimaknai dengan adanya kaidah.
4. Manfaat mempelajari ushul fiqih
a. Dengan mengetahui ilmu ushul fiqih, kita dapat menemukan jawaban hukum tentang kasus-kasus baru yang muncul yang belum kita temui jawabannya dalam kitab-kitab fiqih terdahulu, dengan cara menerapkan kaidah dan metode istinbath yang telah dirumuskan para ulama’ sebelumnya. Misalnya hukum perkawinan antara laaki-laki yang sehat dengan wanita penderita HIV/AIDS, dapat ditetapkan berdasarkan metode saddu dzariah, keharusan pencatatan perkawinan berdasarkan maslahah mursalah, sahnya perceraian hanya jika dilakukan didepan sidang pengadilan agama berdasarkan maslahah mursalah dan lain-lain. 
b. Memungkinkan kita menguji dan mengkaji ulang pendapat lama untuk kemudian menetapkan hukum yang lebih sesuai dengan kondisi dan kemaslahatan sekarang dengan cara menerapkan kaidah yang sesuai atau dengan cara merumuskan kaidah yang baru.
Seperti diketahui bahwa fiqih adalah konstruksi para mujtahid yang terikata oleh ruang dan waktu. Apa yang dirumuskan oleh para mujtahid berdasarkan pertimbangan kemaslahatan i zamannya. Seiring dengan berjalannya waktu dan perubahan tempat, kemaslahatan berubah dan berganti, sehingga apa yang dahulu maslahat, sekarang terasa hilang aktualisasinya. Hal ini pernah dilakukan oleh khulafaurrasyidin. Usman menambahkan satu kali adzan pada hari jum’at setelah melihat fenomena banyak orang yang lambat datang ke masjid untuk melaksanakan shalat jum’at. 
Kegunaan usuhul fiqih akan sangat terasa apabila keyakinan bahwa pintu ijtihad sudah tertutup dapat disingkirkan dari benak umat islam. Namun bagi orang yang mampu, pintu ijtihad masih terus terbuka. Hal ini dimaksudkan agar hasil itihd tidak dimanipulasi. 
5. Perbedaan fiqih dengan ushul fiqih 
a. Dari segi objeknya
Objek kajian ushul fiqih adalah dalil yang dijadikan dasar hukum, hukum itu hukum itu sendiri serta kaidah dan metode istinbath. Sedangkan objek kajian fiqih itu sendiri adalah perbuatan seseorang (mukallaf) yang ditinjau dari segi hukumnya. Misalnnya apakah hukum tertentu itu hukumnya wajib, sunnah, mubah, makruh, ataupun haram.
b. Dari segi tujuannya
Tujuan ushul fiqih adalah menerapkan kaidah pada dalil-dalil untuk menghasilkan hukum syara’ terapan, seperti pada bagian diatas. Sedangkan tujuan ilmu fiqih adalah mengetahui status hukum seseorang (mukallaf), atau menetapkan hukum pada setiap perbuataan mukalaf.
c. Dari segi kedudukannya
Ushul fiqih adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan fiqih. Sedangkan ilmu fiqih merupakan produk yang dihasilkan oleh kaidah-kaidah dalam ushul fiqih.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Ilmu fiqih ialah segala pengetahuan tentang hukum-hukum syariat islam mengenai perbuatan manusia, yang diambil dari dalil-dalilnya secara rinci. Sedangkan ushul fiqih yaitu pengetahuan tentang kaidah atau penjabarannya yang dijadikan pedoman dalam menetapkan hukum syariat islam mengenai perbuatan manusia, dimana dalil itu bersumber dari dalil-dalil agama secara rinci.
b. Objek pembahasan ilmu fiqih ialah perbuatan orang dewasa (mukallaf) dipandang dari ketetapan hukum syariat islam. Sedangkan objek pembahasan dalam ushul fiqih meliputi sumber dan dalil hukum syara’, hukum yang terkandung dalam dalil, serta metode istinbath hukum.
c. Tujuan mempelajari ilmu fiqih adalah menerapkan hukum-hukum syariat islam terhadap perbuatan dan ucapan manusia. Sedangkan tujuan mempelajari ushul fiqih adalah Menerapkan kaidah pada dalil untuk menghasilkan hukum syara’ terapan.
d. Manfaat mempelajari ushul fiqih yaitu dapat menemukan jawaban hukum tentang kasus-kasus baru yang muncul yang belum kita temui jawabannya dalam kitab-kitab fiqih terdahulu. Kemudian kita dapat menetapkan hukum yang lebih sesuai dengan kondisi dan kemaslahatan sekarang.
e. Perbedaan anara keduanya yaitu ushul fiqih adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan fiqih. Sedangkan ilmu fiqih merupakan produk yang dihasilkan oleh kaidah-kaidah dalam ushul fiqih.


DAFTAR PUSTAKA
Hasbiyallah. 2013. Fiqh dan Ushul Fiqh. Bandung. PT Remaja Rosdakarya
Khallaf, abdul wahhab. 1996. Kaidah-kaidah hukum islam. Jakarta. PT Grasindo Persada
Khallaf, abdul wahhab. 1972. Kaidah-kaidah hukum islam. Bandung. DDII Jakarta
Muin, umar, dkk. 1985. Ushul fiqh. Jakarta
Suwarjin. 2012. Ushul Fiqih. Yogyakarta. Teras

Tokoh-tokoh dan Aliran Pemikiran Filsafat Kontemporer

Tokoh-tokoh dan Aliran Pemikiran Filsafat Kontemporer
Dosen Pengampu Miftahus Sa’adah

Disusun oleh:
1.      Ahmad Nasihun Amin (16490017)
2.      Dea Candrawati (16490045)
Prodi : Manajemen Pendidikan Islam
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2016

Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Yang telah memberikan kepada kami kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawa dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Agng Muhammad SAW yang kita tunggu syafaatnya hingga hari akhir nanti.
Makalah ini kami buat dengan maksud untuk menunaikan tugas kami pengantar filsafat. Kami berharap penyusunan dalam bentuk makalah ini akan member banyak manfaat dan memperluas wawasan para pembaca dan khususnya bagi penyusun.
Kami menyadari penyusunan makalah ini belumlah sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan, kami mohon bimbingan kritik maupun saran yang membangun. Akhirnya hanya kepada Allah SWT kami memohon, semoga usaha ini bergguna bagi siapapun sampai hari kemudian.



BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Berifikir merupakkan hal yang selalu dilakukan oleh manusia, dan berfikir juga merupakan salah satu keistimewaan yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia. Akal yang diberikan oleh-Nya merupakan suatu pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya.
Filsafat merupakan suatu upaya berfikir yang jelas dan terang tentang seluruh kenyataan yang ada, fikiran dapat mendorong kita untuk meraih kebenaran yang dapat membawa kepada pemahaman, dan pemahaman membawa manusia kepada tindakan yang lebih layak.
Secara historis filsafat merupakan induk ilmu, dalam perkembangannya ilmu makin terspesifiksi dan mandirinamun mengingat banyaknya masalah kehidupan yang tidak bias dijawab oleh ilmu, maka filsafat menjadi tumpuan untuk menjawabnya. Filsafat ember penjelasan atau jawaban atas masalah tersebut. Sementara ilmu terus mengembangkan dirinya dalam batas-batas wilayahnya.
1.2              Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dari aliran filsafat postmodernisme, strukturalisme, dan analistis?
2.      Siapa sajakah tokoh pemikir di era postmodernisme?



BAB II
PEMBAHASAN
2.1              Filsafat Analistis
Secara etimologi, kata analitik berarti investigative, logis, mendalam, sistematis, tajam, dan tersusun. Menurut Rudolph Carnap, filsafat analitik adalah pengungkapan secara sistematik tentang syntax logis (struktur gramatikal dan aturan-aturannya) dari konsep-konsep dan bahasa khususnya bahasa ilmu yang semata-mata formal.[1] Roger jones menjelaskan arti filsafat analitik bahwasanya tidak memecah sesuatu kedalam bagian-bagiannya. Tepat bahwa itulah yang dilakukan oleh para filosof analitik.[2] didalam kamus popular filsafat, filsafat analitik adalah aliran dalam filsafat yang berpangkal pada lingkaran wina. Filsafat analitik menolak segala bentuk filsafat yang berbau filsafat metafisik. Juga ingin menyerpai ilmu-ilmu alam yang berbau empirik, sehingga criteria yang berlaku dalam ilmu elsaka juga harus dapat diterapkan dalam filsafa(misalnya harus dapat dibuktikan degan nyata, istilah-istillah yang dipakai juga harus bersifat jahil.[3]
Filsafat analitik sendiri, secara umum, hendak mengklarifikasi makna dari penyataan dan konsep dengan menggunakan analisis bahasa. Bila dikaji perkembangan filsafat setidaknya terdapat empat fase perkembangan pemikiran filsafat, sejak munculnya pemikiran yang pertama sampai dewasa ini, yang menghiasi panggung sejarah umat manusia. Pertama, kosmosentris yaitu fase pemikiran filsafat yang meletakkan alam sebagai objek pemikiran dan wacana filsafat, yaitu yang terjadi pada zaman kuno. kedua, teosentris yaitu fase pemikiran filsafat yang meletakkan Tuhan sebagai pusat pembahasan filsafat, yang berkembang pada zaman abad pertengahan. Ketiga, antroposentris yaitu fase pemikiran filsafat yang meletakkan manusia sebagai objek wacana filsafat, hal ini terjadi dan berkembang pada zaman modern. 
Keempat, logosentris yaitu fase perkembangan pemikiran filsafat yang meletakkan bahasa sebagai pusat perhatian pemikiran filsafat dan hal ini berkembang setelah abad modern sampai sekarang. Fase perkembangan terakhir ini ditandai dengan aksentuasi filosof pada bahasa yang disadarinya bahwa bahasa merupakan wahana pengungkapan peradaban manusia yang sangat kompleks itu.[4]
Perhatian filsafat terhadap bahasa sebenarnya telah berlangsung lama, bahkan sejak zaman Pra Sokrates, yaitu ketika Herakleitos membahas tentang hakikat segala sesuatu termasuk alam semesta. Bahkan Aristoteles menyebutnya sebagai “para fisiologis kuno” atau ‘hoi arkhaioi physiologoi’. Seluruh minat herakleitos terpusatkan pada dunia fenomenal. Ia tidak setuju bahwa di atas dunia fenomenal ini, terdapat ‘dunia menjadi’ namun ada dunia yang lebih tinggi, dunia idea, dunia kekal yang berisi ‘ada’ yang murni. Meskipun begitu ia tidak puas hanya dengan fakta perubahan saja, ia mencari prinsip perubahan. Menurut Herakleitos, prinsip perubahan ini tidak dapat ditemukan dalam benda material. Petunjuk ke arah tafsiran yang tepat terhadap tata kosmis bukanlah dunia material melainkan dunia manusiawi, dan dalam dunia manusiawi ini kemampuan bicara menduduki tempat yang sentral. Dalam pengertian inilah maka medium Herakleitos bahwa “kata” (logos) bukan semata-mata gejala antropologi. Kata tidak hanya mengandung kebenaran universal. Bahkan Herakleitos mengatakan “jangan dengar aku”, “dengarlah pada sang kata dan akuilah bahwa semua benda itu satu”. Demikian sehingga pemikiran yunani awal bergeser dari filsafat alam kepada filsafat bahasa yang meletakkan sebagai objek kajian filsafat. Diantara tokoh-tokoh filsafat Analitik antara lain;
1.      Gottlob Frege
Para filosof analitik berpendapat bahwa filsuf Jerman, Gottlob Frege (1848-1925), adalah filosof terpenting setelah Immanuel Kant. Frege hendak merumuskan logika yang rigorus sebagai metode berfilsafatnya. Dengan kata lain, filsafat itu sendiri pada intinya adalah logika.
Dalam hal ini, ia dipengaruhi filsafat analitik, filsafat-logika, dan filsafat bahasa. Frege berpendapat bahwa dasar yang kokoh bagi matematika dapat ‘diamankan’ melalui logika dan analisis yang ketat terhadap logika dasar kalimat-kalimat. Cara itu juga bisa menentukan tingkat kebenaran suatu pernyataan.[5]
Akar-akar analisis linguistik ditanam di lahan yang disiangi oleh seorang matematikawan bernama G. Frege, ia memulai sebuah revolusi logika (analitik), yang implikasinya masih dalam proses penanganan oleh filosof-filosof kontemporer. Ia menganggap bahwa logika sebetulnya bisa direduksi ke dalam matematika, dan yakin bahwa bukti-bukti harus selalu dikemukakan dalam bentuk langkah-langkah deduktif yang diungkapkan dengan gamblang.  Salah satu idenya yang paling berpengaruh adalah membuat perbedaan antara “arti” (sense) proposisi dan “acuan” (reference)-nya, dengan mengetengahkan bahwa proposisi memiliki makna hanya apabila mempunyai arti dan acuan.[6]
Frege juga menyusun notasi baru yang memunkinkan terekpresikannya “penentu kuantitas” (kata-kata seperti “semua”, “beberapa” dan sebagainya) dalam bentuk simbol-simbol. Ia berharap para filosof bisa menggunakan notasi ini untuk menyempurnakan bentuk logis argumen mereka, sehingga memungkinkan mereka untuk jauh lebih dekat, daripada waktu-waktu sebelumnya, dengan ide pembuatan filsafat menjadi ilmu yang ketat.
2.      Bertrand Russell
Bertrand Russel (1872-1970)  lahir dari keluarga bangsawan. Pada umur 2 dan 4 tahun berturut-turut ia kehilangan ibu dan ayahnya. Ia dibesarkan di rumah orang tua ayahnya. Di Cambrige, ia belajar ilmu pasti dan filsafat, antara lain pada A. Whitehead. Kita sudah mendengar bahwa George Moore termasuk sahabatnya. Selama hidupnya yang amat panjang, ia menulis banyak sekali, 71 buku dan brosur) tentang berbagai pokok, antara lain filsafat, masalah-masalah moral, pendidikan, sejarah, agama, dan politik. Pada tahun 1950 ia memperoleh hadiah Nobel bidang sastra. Namanya menjadi masyhur di seluruh dunia terutama karena pendapat-pendapatnya yang nonkonformistis tentang moral dan politik. Dari sudut ilmiah jasanya yang terbesar terdapat di bidang logaika Matematis.[7]
Pemikiran filosofis Bertrand Russell  yaitu ia mencoba menggabungkan logika Frege tersebut dengan empirisme yang sebelumnya telah dirumskan oleh David Hume. Bagi Russell, dunia terdiri dari fakta-fakta atomis (atomic facts). Dalam konteks ini, kalimat-kalimat barulah bisa disebut sebagai kalimat bermakna, jika kalimat tersebut berkorespondensi langsung dengan fakta-fakta atomik. Ludwig Wittgenstein (1889-1951) juga nantinya banyak dipengaruhi oleh Russell. Dia sendiri mempengaruhi Lingkaran Wina dan membantu membentuk aliran positivisme logis pada dekade 1920-30 an.
Jalan pemikiran Russell ini menawarkan jalan keluar untuk aliran atomisme logik.Atomisme logik berpendapat bahwa bahasa keseharian itu banyak menampilkan kekaburan arti. Russerl menawarkan dasar-dasar logico-epistemologik untuk bahasa. Russell mengetengahkan tentang fakta, bentuk logika, dan bahasa ideal. Dia mengetengahkan prinsip dasarnya, yaitu: ada isomorphisme (kesepadanan) antara fakta dengan bahasa, dan dunia ini merupakan totalitas fakta-fakta, bukan benda. Fakta dalam pemikiran Russerl merupakan ciri-ciri atau relasi-relasi yang dimiliki oleh benda-benda.
Ia berpendapat bahwa grammar dari bahasa yang biasa kita gunakan sebenarnya tidak tepat. Baginya, dunia terdiri dari fakta-fakta atomis, dan hanya bahasa-bahasa yang mengacu pada fakta atomis inilah yang dapat disebut sebagai bahasa yang sahih. Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa salah satu tugas terpenting filsafat adalah menganalisis proposisi-proposisi bahasa untuk menguji kesahihan ‘forma logis’ dari proposisi tersebut.[8] untuk itu tugas filsafat adalah analisis logis yang disertai dengan sintesis logis.
Berdasarkan prinsip-prinsip pemikiran itulah maka Russerl menekankan bahwa konsep atomismenya tidak didasarkan pada mefisikanya melainkan lebih didasarkan pada logikanya karena menurutnya logika adalah yang paling dasar dalam filsafat, oleh karena itu pemikiran Russell dinamakan ‘atomisme logis’.[9]
3.      Ludwig Wittgenstein
Ludwig Wittgenstein dilahirkan di wina (Austria) pada tanggal 26 April 1889 sebagai anak bungsu dari delapan anak. Ayahnya berasal dari famili yahudi yang telah memeluk agama Kristen Protestan dan ibunya beragama katolik. Ayahnya seorang insinyur yang dalam jangka waktu sepuluh tahun berhasil menjadi pemimpin suatu industri baja yang besar.[10]
Pada Tahun 1906 Wittgenstein mulai belajar di suatu Sekolah Tinggi Teknik di Berlin. Setelah itu Ia pindah ke inggris dan melakukan penyelidikan tentang aeronautical selama tiga tahun. Karena tertarik kepada buku Principles of Mathematics tulisan Bertrand Russell, ia pergi ke Cambridge untuk belajar kepada Russell, ia mendapat kemajuan pesat dalam studi tentang logika. Setelah perang dunia I meletus, ia bergabung dengan tentara Austria sebagai sukarelawan dan ditawan oleh tentara Italia pada tahun 1918. setelah dibebaskan ia mengajar di sekolah, tetapi pada tahun 1929, ia kembali ke Cambridge untuk berkecimpung dalam filsafat. Pada tahun 1939 ia mengganti G.E. Moore sebagai guru besar fislafat di Cambridge University, Inggris. Karyanya merupakan factor penting dalam timbulnya aliran-aliran logical positivism, linguistic Analysis dan semantic. 25
2.2      Filsafat Strukturalisme
Strukturalisme adalah faham atau pandangan yang menyatakan bahwa semuamasyarakat dan kebudayaan memiliki suatu struktur yang sama dan tetap.Strukturalisme juga adalah sebuah pembedaan secara tajam mengenai masyarakat dan ilmu kemanusiaan dari tahun 1950 hingga 1970, khususnya terjadi di Perancis. Strukturalisme berasal dari bahasa Inggris, structuralism; latin struere(membangung), structura berarti bentuk bangunan. Trend metodologis yang menyetapkan riset sebagai tugas menyingkapkan struktur objek-objek ini dikembangkan olerh para ahli humaniora. Strukturalisme berkembang pada abad 20, muncul sebagai reaksi terhadapevolusionisme positivis dengan menggunakan metode-metode riset struktural yang dihasilkan oleh matematika,fisika dan ilmu-ilmu lain.[11]


Beberapa Tokoh dari filsafat Strukturalisme adalah[12];
A.     Claude Levi-Strauss         
Claude Levi-Strauss merupakan pemikir Prancis yang erat kaitannya dengan Strukturalisme. Karena melalui karya-karyanya menjadi suatu aliran yang mendapat identitas sendiri. Bahkan sering juga Strauss sebagai “Bapak Strukturalisme Prancis”.
Ia mengibarkanwarna-warni Strukturalismenya pada beberapa judul bukunya; Struktur Elementer Kekerabatan atau  dua volume Antropologi Struktural. Komitmennya dalam Strukturalisme sangat terus terang dan total.
Strukturalisme adalah sebuah metode yang ia percayai sanggup menjadikan data-data empiris tentang institusi-institusi dalam kekerabatan dan mite-mite lebih dapat dipahami daripada sebelumnya. Pada kenyataannya, Strukturalisme melampaui penjelasan atau penguraian data-data belaka, karena dari data-data tersebut ia mengidentifikasikan sifat dasar spesifik dan universal dari pikiran manusia itu sendiri.
Sistem kekerabatan sebagaimana bahasa juga dikuasai oleh unsur-unsur atau atarun-aturan yang tidak disadari. Struktur simbolik kekerabatan, bahasa dan pertukaran barang menjadi kunci pemahaman tentang kehidupan sosial. Sistem kekerabatan adalah gejala kultural yang didasarkan atas incest, dan hubungan ini bukanlah suatu gejala yang alami.
B.     Jacques Lacan (1901-1981 M)
Lacan menerapkan metode Strukturalis untuk menganalisa pemikiran Freud. Semboyannya “kembalilah kepada Freud”. Bertitik tolak dari psikoanalisa Freud ia mengungkapkan bahwa:
1.      Manusia tidak dikuasai oleh unsur kesadaran, tetapi oleh unsur ketidak sadaran. Ketidak sadaran merupakan stuktur yang menguasai manusia.
2.      Mimpi, gejala, salah tindak merupakan siqnificant.
3.      Ketidaksadaran merupakan logos yang mendahului manusia dan manusia menyesuaikan diri dengannya.
Kesadaran manusia tidak dipandang sebagai pusat manusia yang mutlak dan otonom. Manusia seakan tergeser dari pusatnya. Freud menyatakan: “manusia tidak lagi tuan dan penguasa dalam rumahnya sendiri.”
Teori psikoanalitik Lacan untuk sebagian didasarkan pada penemuan Antropologi dan Linguistik Struktural. Salah satu keyakinan utama teori ini adalah bahwa bahwa ketidaksadaran merupakan struktur tersembunyi yang mirip dengan bahasa.[13]
Lacan menegaskan bahwa ia merujuk kembali kepada Freud dalam artian ia mempertahankan dan mengembangkan konsep-konsep utama Freud untuk menciptakan sisitem berpikir baru. Seorang analisis harus menghubungkan diri dengan ketidaksadaran dan ini berarti ia harus menjadi praktisi bahasa ketidaksadaran. Ketidaksadaran menurut Lacan adalah muncul dalam bentuk mimpi, kelakar, keseleo lidah. Ketidaksadaran memiliki struktur yang mirip bahasa. Bahkan Lacan mengatakan bahwa bahasa merupakan kondisi bagi ketidaksadaran, bahasa menciptakan dan membangkitkan ketidaksadaran.
C.     Roland Barthes (1915-1980 M)
Roland Barthes adalah pemikir yang ikut meramaikan pemikiran kesustraan. Ia adalah petualang dalam perumusan prinsip-prinsip baru untuk memahami kesustraan, dan selalu provokatif menyingkirkan yang dirasakannya sudah usang.
Karya Barthes The Fashion Syistemmenjelaskan beberapa aspek pendekatan struktural atau semiotik terhadap analisis gejala sosial. Barthes memobilisasikan semua sumber daya teori Linguistik khususnya bahasa sebagai suatu sistem perbedaan untuk dapat mengenali bahasa mode dalam telaahnya tentang mode. Barthes menerapkan metode strukturalis untuk menganalisis perkembangan mode pakaian wanita. Mode pakaian sebagaimana bahasa juga memiliki struktur yang ditandai oleh sistem relasi-relasi dan oposisi-oposisi.
D.    Louis Althusser (1918-1990 M)
Althusser dikenal dengan sikap anti-humanisme. Althusser menentang gagasan bahwa individu itu ada sebelum munculnya kondisi-kondisi sosial. Kemudian dengan menggambarkan masyarakat sebagai suatu kesatuan struktural yang tersusun dari tingkatan-tingkatan otonom yang cara artikulasinya atau efektivitasnya ditentukan oleh ekonomi.
Menurut Louis Althusser manusia dalam pandangan Das Kapital telah tergeser dari pusatntya, manusia merupakan produk sekaligus sebagai dikuasai oleh struktur-struktur sosiso-ekonomi yang berasal dari luar dirinya, manusia bukan subjek otonom.
2.3       Filsafat Postmodernisme
            Istilah ”Postmodernisme” asal-usulnya adalah berasal dari wilayah seni musik, seni rupa, roman dan novel, drama, fotografi, arsitektur. Dan dari situ berkembang menjadi istilah mode yang dipakai beberapa wakil dari beberapa ilmu.[14]
Istilah “Postmodernisme” membingungkan karena memberikan kesan bahwa kita berhadapan dengan sebuah aliran atau paham tertentu, seperti Maxisme, eksistensialisme, kritisisme, idealisme, dan lain-lain. Padahal para pemakai label itu – biasanya mereka tidak berbicara tentang “postmodernisme”, melainkan tentang “pemikiran pascamodern”, seperti misalnya Rorty atau Derrida – amat beraneka cara pemikirannya. Di Indonesia, sesuai kebiasaan, kita malah malas mengungkapkan seluruh kata “postmodernisme” dan menggantikannya dengan “posmo”, sesuai dengan gaya berfikir mitologis dan parsial dimana yang penting simbolnya saja, bukan apa yang sebenarnya dimaksud.[15]
Padahal pemikiran “posmo” itu ada banyak dan tidak ada kesatuan paham. Namun benar juga, adasesuatu yang mempersatukan pendekatan-pendekatan itu, atau lebih tepatnya ada dalam filsafat modern salah satu kecenderungan yang muncul dalam bentuk-bentuk berbeda, namun ada kesamaan wujudnya, dan barangkali itulah kesamaan segala macam gaya berfikir yang ditemukan unsur “posmo”-nya itu.[16]
            Beberapa tokoh dari Postmodernisme yaitu[17];
  1. Friedrich Wilhelm Nietzsche sche
Friedrich Wilhelm Nietzsche sche (1844-1900) Lahir di Rochen, Prusia 15 Oktober 1884. Pada masa sekolah dan mahasiswa, ia banyak berkenalan dengan orang-orang besar yang kelak memberikan pengaruh terhadap pemikirannya, seperti John Goethe, Richard Wagner, dan Fredrich Ritschl. Karier bergengsi yang pernah didudukinya adalah sebagai Profesor di Universitas Basel.Menurutnya manusia harus menggunakan skeptisme radikal terhadap kemampuan akal. Tidak ada yang dapat dipercaya dari akal. Terlalu naif jika akal dipercaya mampu memperoleh kebenaran. Kebenaran itu sendiri tidak ada. Jika orang beranggapan dengan akal diperoleh pengetahuan atau kebenaran, maka akal sekaligus merupakan sumber kekeliruan.

  1. Michel Foucault
Michel Foucault adalah seorang filodof dan sejarawan Prancis yang lahir di Poitiers Prancis pada tanggal 15 oktober 1926. Dia adalah seorang filosof Perancis yang sangat terkenal di dunia sejarah dan filsafat. Michel Foucault juga merupakan filosof yang sangat penting abad ke-20 yang pemikirannya sekarang ini masih diguanakan untuk mengenali fakta sosial dan perkembangan budaya kontemporer. Disamping itu sebagian pendapat memasukkan pemikiran Foucault dalam kelompok strukturalisme dan juga pemikiran post-strukturalisme sebagai perkembangan strukturalisme. Sementara dia menolak kalau pemikirannya dimasukan aliran-aliran.

  1. Mohammed Arkoun
Mohammed Arkon lahir dari keluarga biasa yaitu perkampungan Berber yang berada di sebuah desa di kaki gunung Taorirt-Mimoun. Mohammed Arkoun lahir pada tanggal 2 Januari 1928. Keluarganya berada pada strata fisik dan social yang rendah. Bahasa Kalibia Berber adalah  bahasa ibu dan bahasa Arab sebagai bahasa nasional di negaranya Aljazair .dia menempu pendidikan sekolah dasar di  Oran yaitu didesa dia sendiri. Jenjang pendidikan dan pergulatan ilmiah yang ditempuh Arkoun membuat pergaulannya dengan tiga bahasa (Berber Kalibia, Arab, Prancis) dan tradisi dan kebudayaannya menjadi semakin erat. Kemudian dia  cukup memberi perhatiannya yang besar terhadap peran bahasa dalam pemikiran dan masyarakat manusia sehingga namanya terkenal sampai sekarang ini.

  1. Jacques Derrida
Jacques Derrida (Aljazair, 15 Juli 1930–Paris, 9 Oktober 2004) Seorang filsuf Prancis keturunan Yahudi dan dianggap sebagai pendiri ilmu dekonstruktivisme, sebuah ajaran yang menyatakan bahwa semuanya di-konstruksi oleh manusia, juga bahasa. Semua kata-kata dalam sebuah bahasa merujuk kepada kata-kata lain dalam bahasa yang sama dan bukan di dunia di luar bahasa. Derrida dianggap salah satu filsuf terpenting abad ke 20.

  1. Michel Foucault
Michel Foucault adalah seorang filodof dan sejarawan Prancis yang lahir di Poitiers Prancis pada tanggal 15 oktober 1926. Dia adalah seorang filosof Perancis yang sangat terkenal di dunia sejarah dan filsafat. Michel Foucault juga merupakan filosof yang sangat penting abad ke-20 yang pemikirannya sekarang ini masih diguanakan untuk mengenali fakta sosial dan perkembangan budaya kontemporer. Disamping itu sebagian pendapat memasukkan pemikiran Foucault dalam kelompok strukturalisme dan juga pemikiran post-strukturalisme sebagai perkembangan strukturalisme. Sementara dia menolak kalau pemikirannya dimasukan aliran-aliran.




BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Filsafat kontemporer merupakan filsafat yang terjadi pada masa kekinian atau yang sedang terjadi pada saat ini dan tidak terikat dengan aturan-aturan zaman dahulu dan berkembang sesuai dengan zaman sekarang. Sehingga kontemporer tidaklah sama dengan modern, karena modern adalah masa kiii yang sudah lewat. Seetelah pasca filsafat modern muncul aliran-aliran filsafat kontemporer diantaranya; tipologi analistis, strukturalis, dan postmodernis. 



DAFTAR PUSTAKA
http://rezaantonius.wordpress.com/2008/02/24/filsafat-analitik/
Kaelan M.S, Perkembangan filsafat Analitika bahasa dan pengaruhnya Terhadap ilmu Pengetahuan (Cet. I; Yogyakarta: Paradigma, 2006)  hlm. 25
K. Bertens, Filsafat Barat Kontempoter  Inggris-Jerman (Cet. IV; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 41
Mustofa Umar, Tesis “Konsep penciptaan Alam Menurut Hadis Qudsi” (Sebuah Kajian Filosofis dan Sufistik), (Makasar: PPs Alauddin Makasar, 1998), hlm. 2
Http://army90.blogspot.co.id/2013/06/filsafat-strukturalisme/
Http://banjirembun.blogspot.com/2013/10/filsafat-strukturalisme/

Bambang Sugiharto, Postmodernisme: Tantangan Bagi Filsafat, Yogyakarta, Kanisius, 1996, hlm. 23
Frans Magnis Suseno, Pijar-pijar Filsafat, Yogyakarta, Kanisius, 2005, hlm. 229
http://langit11.blogspot.co.id/2016/02/tokoh-pemikiran-dalam-postmodern/




[1] K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani (Jakarta: Kanisius, 1975), hlm. 26
[2] Mustofa Umar, Tesis “Konsep penciptaan Alam Menurut Hadis Qudsi” (Sebuah Kajian Filosofis dan Sufistik), (Makasar: PPs Alauddin Makasar, 1998), hlm. 2
[3] K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani (Jakarta: Kanisius, 1975), hlm. 82
[4] Kaelan M.S, Perkembangan filsafat Analitika bahasa dan pengaruhnya Terhadap ilmu Pengetahuan (Cet. I; Yogyakarta: Paradigma, 2006)  hlm. 7
[5] Http://rezaantonius.wordpress.com/2008/02/24/filsafat-analitik/
[6] Stephen Palmquis, The Tree of Philosophy, diterjemahkan oleh Muhammad shadiq dengan judul, Pohon Filsafat (cet. I;Yogyakarta: pPustaka Pelajar), hlm. 20
[7] K. Bertens, Filsafat Barat Kontempoter  Inggris-Jerman (Cet. IV; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 26
[8] http://rezaantonius.wordpress.com/2008/02/24/filsafat-analitik/
[9] Kaelan M.S, Perkembangan filsafat Analitika bahasa dan pengaruhnya Terhadap ilmu Pengetahuan (Cet. I; Yogyakarta: Paradigma, 2006)  hlm. 25
[10] K. Bertens, Filsafat Barat Kontempoter  Inggris-Jerman (Cet. IV; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 41
[11] http://army90.blogspot.co.id/2013/06/filsafat-strukturalisme/
[12] http://army90.blogspot.co.id/2013/06/filsafat-strukturalisme/
[13] Http://banjirembun.blogspot.com/2013/10/filsafat-strukturalisme/
[14] Bambang Sugiharto, Postmodernisme: Tantangan Bagi Filsafat, Yogyakarta, Kanisius, 1996, hlm. 23
[15] Frans Magnis Suseno, Pijar-pijar Filsafat, Yogyakarta, Kanisius, 2005, hlm. 92
[16] Frans Magnis Suseno, Pijar-pijar Filsafat, Yogyakarta, Kanisius, 2005, hlm. 229
[17] http://langit11.blogspot.co.id/2016/02/tokoh-pemikiran-dalam-postmodern/