Batman Begins - Diagonal Resize 2

Selasa, 30 Mei 2017

Tokoh-tokoh dan Aliran Pemikiran Filsafat Kontemporer

Tokoh-tokoh dan Aliran Pemikiran Filsafat Kontemporer
Dosen Pengampu Miftahus Sa’adah

Disusun oleh:
1.      Ahmad Nasihun Amin (16490017)
2.      Dea Candrawati (16490045)
Prodi : Manajemen Pendidikan Islam
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2016

Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Yang telah memberikan kepada kami kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawa dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Agng Muhammad SAW yang kita tunggu syafaatnya hingga hari akhir nanti.
Makalah ini kami buat dengan maksud untuk menunaikan tugas kami pengantar filsafat. Kami berharap penyusunan dalam bentuk makalah ini akan member banyak manfaat dan memperluas wawasan para pembaca dan khususnya bagi penyusun.
Kami menyadari penyusunan makalah ini belumlah sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan, kami mohon bimbingan kritik maupun saran yang membangun. Akhirnya hanya kepada Allah SWT kami memohon, semoga usaha ini bergguna bagi siapapun sampai hari kemudian.



BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Berifikir merupakkan hal yang selalu dilakukan oleh manusia, dan berfikir juga merupakan salah satu keistimewaan yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia. Akal yang diberikan oleh-Nya merupakan suatu pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya.
Filsafat merupakan suatu upaya berfikir yang jelas dan terang tentang seluruh kenyataan yang ada, fikiran dapat mendorong kita untuk meraih kebenaran yang dapat membawa kepada pemahaman, dan pemahaman membawa manusia kepada tindakan yang lebih layak.
Secara historis filsafat merupakan induk ilmu, dalam perkembangannya ilmu makin terspesifiksi dan mandirinamun mengingat banyaknya masalah kehidupan yang tidak bias dijawab oleh ilmu, maka filsafat menjadi tumpuan untuk menjawabnya. Filsafat ember penjelasan atau jawaban atas masalah tersebut. Sementara ilmu terus mengembangkan dirinya dalam batas-batas wilayahnya.
1.2              Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dari aliran filsafat postmodernisme, strukturalisme, dan analistis?
2.      Siapa sajakah tokoh pemikir di era postmodernisme?



BAB II
PEMBAHASAN
2.1              Filsafat Analistis
Secara etimologi, kata analitik berarti investigative, logis, mendalam, sistematis, tajam, dan tersusun. Menurut Rudolph Carnap, filsafat analitik adalah pengungkapan secara sistematik tentang syntax logis (struktur gramatikal dan aturan-aturannya) dari konsep-konsep dan bahasa khususnya bahasa ilmu yang semata-mata formal.[1] Roger jones menjelaskan arti filsafat analitik bahwasanya tidak memecah sesuatu kedalam bagian-bagiannya. Tepat bahwa itulah yang dilakukan oleh para filosof analitik.[2] didalam kamus popular filsafat, filsafat analitik adalah aliran dalam filsafat yang berpangkal pada lingkaran wina. Filsafat analitik menolak segala bentuk filsafat yang berbau filsafat metafisik. Juga ingin menyerpai ilmu-ilmu alam yang berbau empirik, sehingga criteria yang berlaku dalam ilmu elsaka juga harus dapat diterapkan dalam filsafa(misalnya harus dapat dibuktikan degan nyata, istilah-istillah yang dipakai juga harus bersifat jahil.[3]
Filsafat analitik sendiri, secara umum, hendak mengklarifikasi makna dari penyataan dan konsep dengan menggunakan analisis bahasa. Bila dikaji perkembangan filsafat setidaknya terdapat empat fase perkembangan pemikiran filsafat, sejak munculnya pemikiran yang pertama sampai dewasa ini, yang menghiasi panggung sejarah umat manusia. Pertama, kosmosentris yaitu fase pemikiran filsafat yang meletakkan alam sebagai objek pemikiran dan wacana filsafat, yaitu yang terjadi pada zaman kuno. kedua, teosentris yaitu fase pemikiran filsafat yang meletakkan Tuhan sebagai pusat pembahasan filsafat, yang berkembang pada zaman abad pertengahan. Ketiga, antroposentris yaitu fase pemikiran filsafat yang meletakkan manusia sebagai objek wacana filsafat, hal ini terjadi dan berkembang pada zaman modern. 
Keempat, logosentris yaitu fase perkembangan pemikiran filsafat yang meletakkan bahasa sebagai pusat perhatian pemikiran filsafat dan hal ini berkembang setelah abad modern sampai sekarang. Fase perkembangan terakhir ini ditandai dengan aksentuasi filosof pada bahasa yang disadarinya bahwa bahasa merupakan wahana pengungkapan peradaban manusia yang sangat kompleks itu.[4]
Perhatian filsafat terhadap bahasa sebenarnya telah berlangsung lama, bahkan sejak zaman Pra Sokrates, yaitu ketika Herakleitos membahas tentang hakikat segala sesuatu termasuk alam semesta. Bahkan Aristoteles menyebutnya sebagai “para fisiologis kuno” atau ‘hoi arkhaioi physiologoi’. Seluruh minat herakleitos terpusatkan pada dunia fenomenal. Ia tidak setuju bahwa di atas dunia fenomenal ini, terdapat ‘dunia menjadi’ namun ada dunia yang lebih tinggi, dunia idea, dunia kekal yang berisi ‘ada’ yang murni. Meskipun begitu ia tidak puas hanya dengan fakta perubahan saja, ia mencari prinsip perubahan. Menurut Herakleitos, prinsip perubahan ini tidak dapat ditemukan dalam benda material. Petunjuk ke arah tafsiran yang tepat terhadap tata kosmis bukanlah dunia material melainkan dunia manusiawi, dan dalam dunia manusiawi ini kemampuan bicara menduduki tempat yang sentral. Dalam pengertian inilah maka medium Herakleitos bahwa “kata” (logos) bukan semata-mata gejala antropologi. Kata tidak hanya mengandung kebenaran universal. Bahkan Herakleitos mengatakan “jangan dengar aku”, “dengarlah pada sang kata dan akuilah bahwa semua benda itu satu”. Demikian sehingga pemikiran yunani awal bergeser dari filsafat alam kepada filsafat bahasa yang meletakkan sebagai objek kajian filsafat. Diantara tokoh-tokoh filsafat Analitik antara lain;
1.      Gottlob Frege
Para filosof analitik berpendapat bahwa filsuf Jerman, Gottlob Frege (1848-1925), adalah filosof terpenting setelah Immanuel Kant. Frege hendak merumuskan logika yang rigorus sebagai metode berfilsafatnya. Dengan kata lain, filsafat itu sendiri pada intinya adalah logika.
Dalam hal ini, ia dipengaruhi filsafat analitik, filsafat-logika, dan filsafat bahasa. Frege berpendapat bahwa dasar yang kokoh bagi matematika dapat ‘diamankan’ melalui logika dan analisis yang ketat terhadap logika dasar kalimat-kalimat. Cara itu juga bisa menentukan tingkat kebenaran suatu pernyataan.[5]
Akar-akar analisis linguistik ditanam di lahan yang disiangi oleh seorang matematikawan bernama G. Frege, ia memulai sebuah revolusi logika (analitik), yang implikasinya masih dalam proses penanganan oleh filosof-filosof kontemporer. Ia menganggap bahwa logika sebetulnya bisa direduksi ke dalam matematika, dan yakin bahwa bukti-bukti harus selalu dikemukakan dalam bentuk langkah-langkah deduktif yang diungkapkan dengan gamblang.  Salah satu idenya yang paling berpengaruh adalah membuat perbedaan antara “arti” (sense) proposisi dan “acuan” (reference)-nya, dengan mengetengahkan bahwa proposisi memiliki makna hanya apabila mempunyai arti dan acuan.[6]
Frege juga menyusun notasi baru yang memunkinkan terekpresikannya “penentu kuantitas” (kata-kata seperti “semua”, “beberapa” dan sebagainya) dalam bentuk simbol-simbol. Ia berharap para filosof bisa menggunakan notasi ini untuk menyempurnakan bentuk logis argumen mereka, sehingga memungkinkan mereka untuk jauh lebih dekat, daripada waktu-waktu sebelumnya, dengan ide pembuatan filsafat menjadi ilmu yang ketat.
2.      Bertrand Russell
Bertrand Russel (1872-1970)  lahir dari keluarga bangsawan. Pada umur 2 dan 4 tahun berturut-turut ia kehilangan ibu dan ayahnya. Ia dibesarkan di rumah orang tua ayahnya. Di Cambrige, ia belajar ilmu pasti dan filsafat, antara lain pada A. Whitehead. Kita sudah mendengar bahwa George Moore termasuk sahabatnya. Selama hidupnya yang amat panjang, ia menulis banyak sekali, 71 buku dan brosur) tentang berbagai pokok, antara lain filsafat, masalah-masalah moral, pendidikan, sejarah, agama, dan politik. Pada tahun 1950 ia memperoleh hadiah Nobel bidang sastra. Namanya menjadi masyhur di seluruh dunia terutama karena pendapat-pendapatnya yang nonkonformistis tentang moral dan politik. Dari sudut ilmiah jasanya yang terbesar terdapat di bidang logaika Matematis.[7]
Pemikiran filosofis Bertrand Russell  yaitu ia mencoba menggabungkan logika Frege tersebut dengan empirisme yang sebelumnya telah dirumskan oleh David Hume. Bagi Russell, dunia terdiri dari fakta-fakta atomis (atomic facts). Dalam konteks ini, kalimat-kalimat barulah bisa disebut sebagai kalimat bermakna, jika kalimat tersebut berkorespondensi langsung dengan fakta-fakta atomik. Ludwig Wittgenstein (1889-1951) juga nantinya banyak dipengaruhi oleh Russell. Dia sendiri mempengaruhi Lingkaran Wina dan membantu membentuk aliran positivisme logis pada dekade 1920-30 an.
Jalan pemikiran Russell ini menawarkan jalan keluar untuk aliran atomisme logik.Atomisme logik berpendapat bahwa bahasa keseharian itu banyak menampilkan kekaburan arti. Russerl menawarkan dasar-dasar logico-epistemologik untuk bahasa. Russell mengetengahkan tentang fakta, bentuk logika, dan bahasa ideal. Dia mengetengahkan prinsip dasarnya, yaitu: ada isomorphisme (kesepadanan) antara fakta dengan bahasa, dan dunia ini merupakan totalitas fakta-fakta, bukan benda. Fakta dalam pemikiran Russerl merupakan ciri-ciri atau relasi-relasi yang dimiliki oleh benda-benda.
Ia berpendapat bahwa grammar dari bahasa yang biasa kita gunakan sebenarnya tidak tepat. Baginya, dunia terdiri dari fakta-fakta atomis, dan hanya bahasa-bahasa yang mengacu pada fakta atomis inilah yang dapat disebut sebagai bahasa yang sahih. Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa salah satu tugas terpenting filsafat adalah menganalisis proposisi-proposisi bahasa untuk menguji kesahihan ‘forma logis’ dari proposisi tersebut.[8] untuk itu tugas filsafat adalah analisis logis yang disertai dengan sintesis logis.
Berdasarkan prinsip-prinsip pemikiran itulah maka Russerl menekankan bahwa konsep atomismenya tidak didasarkan pada mefisikanya melainkan lebih didasarkan pada logikanya karena menurutnya logika adalah yang paling dasar dalam filsafat, oleh karena itu pemikiran Russell dinamakan ‘atomisme logis’.[9]
3.      Ludwig Wittgenstein
Ludwig Wittgenstein dilahirkan di wina (Austria) pada tanggal 26 April 1889 sebagai anak bungsu dari delapan anak. Ayahnya berasal dari famili yahudi yang telah memeluk agama Kristen Protestan dan ibunya beragama katolik. Ayahnya seorang insinyur yang dalam jangka waktu sepuluh tahun berhasil menjadi pemimpin suatu industri baja yang besar.[10]
Pada Tahun 1906 Wittgenstein mulai belajar di suatu Sekolah Tinggi Teknik di Berlin. Setelah itu Ia pindah ke inggris dan melakukan penyelidikan tentang aeronautical selama tiga tahun. Karena tertarik kepada buku Principles of Mathematics tulisan Bertrand Russell, ia pergi ke Cambridge untuk belajar kepada Russell, ia mendapat kemajuan pesat dalam studi tentang logika. Setelah perang dunia I meletus, ia bergabung dengan tentara Austria sebagai sukarelawan dan ditawan oleh tentara Italia pada tahun 1918. setelah dibebaskan ia mengajar di sekolah, tetapi pada tahun 1929, ia kembali ke Cambridge untuk berkecimpung dalam filsafat. Pada tahun 1939 ia mengganti G.E. Moore sebagai guru besar fislafat di Cambridge University, Inggris. Karyanya merupakan factor penting dalam timbulnya aliran-aliran logical positivism, linguistic Analysis dan semantic. 25
2.2      Filsafat Strukturalisme
Strukturalisme adalah faham atau pandangan yang menyatakan bahwa semuamasyarakat dan kebudayaan memiliki suatu struktur yang sama dan tetap.Strukturalisme juga adalah sebuah pembedaan secara tajam mengenai masyarakat dan ilmu kemanusiaan dari tahun 1950 hingga 1970, khususnya terjadi di Perancis. Strukturalisme berasal dari bahasa Inggris, structuralism; latin struere(membangung), structura berarti bentuk bangunan. Trend metodologis yang menyetapkan riset sebagai tugas menyingkapkan struktur objek-objek ini dikembangkan olerh para ahli humaniora. Strukturalisme berkembang pada abad 20, muncul sebagai reaksi terhadapevolusionisme positivis dengan menggunakan metode-metode riset struktural yang dihasilkan oleh matematika,fisika dan ilmu-ilmu lain.[11]


Beberapa Tokoh dari filsafat Strukturalisme adalah[12];
A.     Claude Levi-Strauss         
Claude Levi-Strauss merupakan pemikir Prancis yang erat kaitannya dengan Strukturalisme. Karena melalui karya-karyanya menjadi suatu aliran yang mendapat identitas sendiri. Bahkan sering juga Strauss sebagai “Bapak Strukturalisme Prancis”.
Ia mengibarkanwarna-warni Strukturalismenya pada beberapa judul bukunya; Struktur Elementer Kekerabatan atau  dua volume Antropologi Struktural. Komitmennya dalam Strukturalisme sangat terus terang dan total.
Strukturalisme adalah sebuah metode yang ia percayai sanggup menjadikan data-data empiris tentang institusi-institusi dalam kekerabatan dan mite-mite lebih dapat dipahami daripada sebelumnya. Pada kenyataannya, Strukturalisme melampaui penjelasan atau penguraian data-data belaka, karena dari data-data tersebut ia mengidentifikasikan sifat dasar spesifik dan universal dari pikiran manusia itu sendiri.
Sistem kekerabatan sebagaimana bahasa juga dikuasai oleh unsur-unsur atau atarun-aturan yang tidak disadari. Struktur simbolik kekerabatan, bahasa dan pertukaran barang menjadi kunci pemahaman tentang kehidupan sosial. Sistem kekerabatan adalah gejala kultural yang didasarkan atas incest, dan hubungan ini bukanlah suatu gejala yang alami.
B.     Jacques Lacan (1901-1981 M)
Lacan menerapkan metode Strukturalis untuk menganalisa pemikiran Freud. Semboyannya “kembalilah kepada Freud”. Bertitik tolak dari psikoanalisa Freud ia mengungkapkan bahwa:
1.      Manusia tidak dikuasai oleh unsur kesadaran, tetapi oleh unsur ketidak sadaran. Ketidak sadaran merupakan stuktur yang menguasai manusia.
2.      Mimpi, gejala, salah tindak merupakan siqnificant.
3.      Ketidaksadaran merupakan logos yang mendahului manusia dan manusia menyesuaikan diri dengannya.
Kesadaran manusia tidak dipandang sebagai pusat manusia yang mutlak dan otonom. Manusia seakan tergeser dari pusatnya. Freud menyatakan: “manusia tidak lagi tuan dan penguasa dalam rumahnya sendiri.”
Teori psikoanalitik Lacan untuk sebagian didasarkan pada penemuan Antropologi dan Linguistik Struktural. Salah satu keyakinan utama teori ini adalah bahwa bahwa ketidaksadaran merupakan struktur tersembunyi yang mirip dengan bahasa.[13]
Lacan menegaskan bahwa ia merujuk kembali kepada Freud dalam artian ia mempertahankan dan mengembangkan konsep-konsep utama Freud untuk menciptakan sisitem berpikir baru. Seorang analisis harus menghubungkan diri dengan ketidaksadaran dan ini berarti ia harus menjadi praktisi bahasa ketidaksadaran. Ketidaksadaran menurut Lacan adalah muncul dalam bentuk mimpi, kelakar, keseleo lidah. Ketidaksadaran memiliki struktur yang mirip bahasa. Bahkan Lacan mengatakan bahwa bahasa merupakan kondisi bagi ketidaksadaran, bahasa menciptakan dan membangkitkan ketidaksadaran.
C.     Roland Barthes (1915-1980 M)
Roland Barthes adalah pemikir yang ikut meramaikan pemikiran kesustraan. Ia adalah petualang dalam perumusan prinsip-prinsip baru untuk memahami kesustraan, dan selalu provokatif menyingkirkan yang dirasakannya sudah usang.
Karya Barthes The Fashion Syistemmenjelaskan beberapa aspek pendekatan struktural atau semiotik terhadap analisis gejala sosial. Barthes memobilisasikan semua sumber daya teori Linguistik khususnya bahasa sebagai suatu sistem perbedaan untuk dapat mengenali bahasa mode dalam telaahnya tentang mode. Barthes menerapkan metode strukturalis untuk menganalisis perkembangan mode pakaian wanita. Mode pakaian sebagaimana bahasa juga memiliki struktur yang ditandai oleh sistem relasi-relasi dan oposisi-oposisi.
D.    Louis Althusser (1918-1990 M)
Althusser dikenal dengan sikap anti-humanisme. Althusser menentang gagasan bahwa individu itu ada sebelum munculnya kondisi-kondisi sosial. Kemudian dengan menggambarkan masyarakat sebagai suatu kesatuan struktural yang tersusun dari tingkatan-tingkatan otonom yang cara artikulasinya atau efektivitasnya ditentukan oleh ekonomi.
Menurut Louis Althusser manusia dalam pandangan Das Kapital telah tergeser dari pusatntya, manusia merupakan produk sekaligus sebagai dikuasai oleh struktur-struktur sosiso-ekonomi yang berasal dari luar dirinya, manusia bukan subjek otonom.
2.3       Filsafat Postmodernisme
            Istilah ”Postmodernisme” asal-usulnya adalah berasal dari wilayah seni musik, seni rupa, roman dan novel, drama, fotografi, arsitektur. Dan dari situ berkembang menjadi istilah mode yang dipakai beberapa wakil dari beberapa ilmu.[14]
Istilah “Postmodernisme” membingungkan karena memberikan kesan bahwa kita berhadapan dengan sebuah aliran atau paham tertentu, seperti Maxisme, eksistensialisme, kritisisme, idealisme, dan lain-lain. Padahal para pemakai label itu – biasanya mereka tidak berbicara tentang “postmodernisme”, melainkan tentang “pemikiran pascamodern”, seperti misalnya Rorty atau Derrida – amat beraneka cara pemikirannya. Di Indonesia, sesuai kebiasaan, kita malah malas mengungkapkan seluruh kata “postmodernisme” dan menggantikannya dengan “posmo”, sesuai dengan gaya berfikir mitologis dan parsial dimana yang penting simbolnya saja, bukan apa yang sebenarnya dimaksud.[15]
Padahal pemikiran “posmo” itu ada banyak dan tidak ada kesatuan paham. Namun benar juga, adasesuatu yang mempersatukan pendekatan-pendekatan itu, atau lebih tepatnya ada dalam filsafat modern salah satu kecenderungan yang muncul dalam bentuk-bentuk berbeda, namun ada kesamaan wujudnya, dan barangkali itulah kesamaan segala macam gaya berfikir yang ditemukan unsur “posmo”-nya itu.[16]
            Beberapa tokoh dari Postmodernisme yaitu[17];
  1. Friedrich Wilhelm Nietzsche sche
Friedrich Wilhelm Nietzsche sche (1844-1900) Lahir di Rochen, Prusia 15 Oktober 1884. Pada masa sekolah dan mahasiswa, ia banyak berkenalan dengan orang-orang besar yang kelak memberikan pengaruh terhadap pemikirannya, seperti John Goethe, Richard Wagner, dan Fredrich Ritschl. Karier bergengsi yang pernah didudukinya adalah sebagai Profesor di Universitas Basel.Menurutnya manusia harus menggunakan skeptisme radikal terhadap kemampuan akal. Tidak ada yang dapat dipercaya dari akal. Terlalu naif jika akal dipercaya mampu memperoleh kebenaran. Kebenaran itu sendiri tidak ada. Jika orang beranggapan dengan akal diperoleh pengetahuan atau kebenaran, maka akal sekaligus merupakan sumber kekeliruan.

  1. Michel Foucault
Michel Foucault adalah seorang filodof dan sejarawan Prancis yang lahir di Poitiers Prancis pada tanggal 15 oktober 1926. Dia adalah seorang filosof Perancis yang sangat terkenal di dunia sejarah dan filsafat. Michel Foucault juga merupakan filosof yang sangat penting abad ke-20 yang pemikirannya sekarang ini masih diguanakan untuk mengenali fakta sosial dan perkembangan budaya kontemporer. Disamping itu sebagian pendapat memasukkan pemikiran Foucault dalam kelompok strukturalisme dan juga pemikiran post-strukturalisme sebagai perkembangan strukturalisme. Sementara dia menolak kalau pemikirannya dimasukan aliran-aliran.

  1. Mohammed Arkoun
Mohammed Arkon lahir dari keluarga biasa yaitu perkampungan Berber yang berada di sebuah desa di kaki gunung Taorirt-Mimoun. Mohammed Arkoun lahir pada tanggal 2 Januari 1928. Keluarganya berada pada strata fisik dan social yang rendah. Bahasa Kalibia Berber adalah  bahasa ibu dan bahasa Arab sebagai bahasa nasional di negaranya Aljazair .dia menempu pendidikan sekolah dasar di  Oran yaitu didesa dia sendiri. Jenjang pendidikan dan pergulatan ilmiah yang ditempuh Arkoun membuat pergaulannya dengan tiga bahasa (Berber Kalibia, Arab, Prancis) dan tradisi dan kebudayaannya menjadi semakin erat. Kemudian dia  cukup memberi perhatiannya yang besar terhadap peran bahasa dalam pemikiran dan masyarakat manusia sehingga namanya terkenal sampai sekarang ini.

  1. Jacques Derrida
Jacques Derrida (Aljazair, 15 Juli 1930–Paris, 9 Oktober 2004) Seorang filsuf Prancis keturunan Yahudi dan dianggap sebagai pendiri ilmu dekonstruktivisme, sebuah ajaran yang menyatakan bahwa semuanya di-konstruksi oleh manusia, juga bahasa. Semua kata-kata dalam sebuah bahasa merujuk kepada kata-kata lain dalam bahasa yang sama dan bukan di dunia di luar bahasa. Derrida dianggap salah satu filsuf terpenting abad ke 20.

  1. Michel Foucault
Michel Foucault adalah seorang filodof dan sejarawan Prancis yang lahir di Poitiers Prancis pada tanggal 15 oktober 1926. Dia adalah seorang filosof Perancis yang sangat terkenal di dunia sejarah dan filsafat. Michel Foucault juga merupakan filosof yang sangat penting abad ke-20 yang pemikirannya sekarang ini masih diguanakan untuk mengenali fakta sosial dan perkembangan budaya kontemporer. Disamping itu sebagian pendapat memasukkan pemikiran Foucault dalam kelompok strukturalisme dan juga pemikiran post-strukturalisme sebagai perkembangan strukturalisme. Sementara dia menolak kalau pemikirannya dimasukan aliran-aliran.




BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Filsafat kontemporer merupakan filsafat yang terjadi pada masa kekinian atau yang sedang terjadi pada saat ini dan tidak terikat dengan aturan-aturan zaman dahulu dan berkembang sesuai dengan zaman sekarang. Sehingga kontemporer tidaklah sama dengan modern, karena modern adalah masa kiii yang sudah lewat. Seetelah pasca filsafat modern muncul aliran-aliran filsafat kontemporer diantaranya; tipologi analistis, strukturalis, dan postmodernis. 



DAFTAR PUSTAKA
http://rezaantonius.wordpress.com/2008/02/24/filsafat-analitik/
Kaelan M.S, Perkembangan filsafat Analitika bahasa dan pengaruhnya Terhadap ilmu Pengetahuan (Cet. I; Yogyakarta: Paradigma, 2006)  hlm. 25
K. Bertens, Filsafat Barat Kontempoter  Inggris-Jerman (Cet. IV; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 41
Mustofa Umar, Tesis “Konsep penciptaan Alam Menurut Hadis Qudsi” (Sebuah Kajian Filosofis dan Sufistik), (Makasar: PPs Alauddin Makasar, 1998), hlm. 2
Http://army90.blogspot.co.id/2013/06/filsafat-strukturalisme/
Http://banjirembun.blogspot.com/2013/10/filsafat-strukturalisme/

Bambang Sugiharto, Postmodernisme: Tantangan Bagi Filsafat, Yogyakarta, Kanisius, 1996, hlm. 23
Frans Magnis Suseno, Pijar-pijar Filsafat, Yogyakarta, Kanisius, 2005, hlm. 229
http://langit11.blogspot.co.id/2016/02/tokoh-pemikiran-dalam-postmodern/




[1] K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani (Jakarta: Kanisius, 1975), hlm. 26
[2] Mustofa Umar, Tesis “Konsep penciptaan Alam Menurut Hadis Qudsi” (Sebuah Kajian Filosofis dan Sufistik), (Makasar: PPs Alauddin Makasar, 1998), hlm. 2
[3] K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani (Jakarta: Kanisius, 1975), hlm. 82
[4] Kaelan M.S, Perkembangan filsafat Analitika bahasa dan pengaruhnya Terhadap ilmu Pengetahuan (Cet. I; Yogyakarta: Paradigma, 2006)  hlm. 7
[5] Http://rezaantonius.wordpress.com/2008/02/24/filsafat-analitik/
[6] Stephen Palmquis, The Tree of Philosophy, diterjemahkan oleh Muhammad shadiq dengan judul, Pohon Filsafat (cet. I;Yogyakarta: pPustaka Pelajar), hlm. 20
[7] K. Bertens, Filsafat Barat Kontempoter  Inggris-Jerman (Cet. IV; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 26
[8] http://rezaantonius.wordpress.com/2008/02/24/filsafat-analitik/
[9] Kaelan M.S, Perkembangan filsafat Analitika bahasa dan pengaruhnya Terhadap ilmu Pengetahuan (Cet. I; Yogyakarta: Paradigma, 2006)  hlm. 25
[10] K. Bertens, Filsafat Barat Kontempoter  Inggris-Jerman (Cet. IV; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 41
[11] http://army90.blogspot.co.id/2013/06/filsafat-strukturalisme/
[12] http://army90.blogspot.co.id/2013/06/filsafat-strukturalisme/
[13] Http://banjirembun.blogspot.com/2013/10/filsafat-strukturalisme/
[14] Bambang Sugiharto, Postmodernisme: Tantangan Bagi Filsafat, Yogyakarta, Kanisius, 1996, hlm. 23
[15] Frans Magnis Suseno, Pijar-pijar Filsafat, Yogyakarta, Kanisius, 2005, hlm. 92
[16] Frans Magnis Suseno, Pijar-pijar Filsafat, Yogyakarta, Kanisius, 2005, hlm. 229
[17] http://langit11.blogspot.co.id/2016/02/tokoh-pemikiran-dalam-postmodern/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar